Candi Dieng adalah kawasan dataran tinggi dan menjadi tempat candi Hindu tertua. Berada di pegunungan Dieng, antara kota Wonosobo dan Banjarnegara. Komplek candi Dieng berada di dataran dengan ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut, mempunyai luas yang memanjang dari utara ke selatan sekitar 1.900 meter dengan lebar 800 meter.
Sekelompok candi Hindu, beraliran Siwa dan diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-7 Masehi. Para ahli memperkirakan, bahwa kumpulan candi Dieng dibangun atas perintah raja dinasti Sanjaya. Ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 808 Masehi di dataran tinggi Dieng. Sebuah prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno atau sansekerta dan Arca dewa Siiwa ditemukan di kawasan ini dan disimpan di Museum Nasional Jakarta. Pembangunan candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama dimulai pada akhir abad ke-7 Masehi hingga abad ke-8 Masehi, meliputi candi Arjuna, Semar, Puntodewo, Srikandi dan candi Gatutkaca. Tahap kedua adalah kelanjutan dari tahap pertama yang berlangsung hingga tahun 780 Masehi.
Candi Dieng ditemukan pertama kali pada tahun 1814. Pada waktu itu, seorang tentara Inggris sedang berwisata di Dieng melihat sekumpulan candi terendam genangan air. Pada tahun 1856, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan telaga kawasan candi Dieng. Upaya pengeringan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1864, dilanjutkan dengan pencatatan dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen. Candi Dieng mempunyai 3 kelompok dan 1 candi berdiri sendiri dan pemberian nama candi berdasarkan nama tokoh cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi itu adalah: Kelompok candi Arjuna, Dwarawati, Gatutkaca dan satu lagi candi Bima.