Museum Sangiran adalah pusat museum situs manusia purba di pulau Jawa, Indonesia. Berada disebelah utara kota Solo dan berjarak sekitar 15 kilometer. Pintu gerbang situs Sangiran berada di jalan raya Solo - Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso. Gapura Sangiran dijadikan sebagai tanda menuju situs Manusia Purba Museum Sangiran, desa Krikilan, Sragen.
Situs Sangiran mempunyai luas area sekitar 59,2 kilometer persegi dan secara administratif, wilayah ini masuk di 2 wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Museum Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai cagar budaya pada tahun 1977. Oleh karenanya, dalam sidang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996. Keputusannya adalah menetapkan situs Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dengan nomor 593. Kemudian pada tahun 1996 situs Sangiran terdaftar sebagai salah satu situs warisan dunia, UNESCO.
Pada tahun 1934, seorang antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di Sangiran. Hasilnya, menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama yaitu Pithecanthropus Erectus atau Manusia Jawa. Terdapat lebih dari 60 fosil dan beberapa diantaranya adalah fosil Meganthropus Palaeojavanicus yang ditemukan. Museum Sangiran memaparkan sejarah manusia purba antara 2.000.000 tahun hingga 200.000 tahun yang lalu. Tahun dimaksud adalah dari masa Pleitosen Akhir hingga Pleistosen Tengah. Museum Sangiran mempunyai 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba yang berdiri tegak dan terlengkap di Asia. Selain itu, juga ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil tumbuhan laut, fosil binatang air, serta peralatan jaman batu. Hasil temuan fosil disimpan di Museum Sangiran, 65% fosil tersebut adalah hasil temuan dari Indonesia.